rss
email
twitter
facebook

Senin, 18 Januari 2010

Situs Porno Sudah Diakses Anak Usia 9-12 Tahun


Mungkin awalnya hanya cium pipi..tapi awas, bisa-bisa pegangan tangan dan terjadi hal-hal yang akan disesali.

Senin, 18/1/2010 | 18:37 WIB
KOMPAS.com - Kita mungkin memandang dengan penuh kasih anak-anak kita yang sedang tertidur pulas. Mereka seperti malaikat kecil yang tidak berdosa. Wajar kalau di usia 8 atau 9 tahun Anda masih menganggapnya anak-anak yang polos. Tetapi di balik keluguannya, anak-anak bisa jadi sudah tahu banyak hal yang tak akan Anda duga.
Data yang ditemukan oleh National Research Council pada tahun 2002, menunjukkan bahwa 20-30 persen anak berusia 8-17 tahun mengakses situs porno. Sedangkan hasil survei dari Indonesia tak jauh berbeda, bahkan lebih parah. Hasil penelitian Yayasan Kita dan Buah Hati tahun 2005 di Jabodetabek, menunjukkan bahwa 80 persen anak usia 9-12 telah mengakses materi pornografi dari media, terutama internet.
Keleluasaan anak dalam mengakses materi pornografi internet atau media lain, kebanyakan memang disebabkan kurangnya pengawasan di rumah akibat kedua orangtua sibuk bekerja. Bila Anda ingin tahu situs apa saja yang diakses anak, coba luangkan waktu untuk mengutak-atik komputer Anda. ''Cari tahu history situs yang mereka akses, atau file-file terakhir yang mereka unduh,'' terang psikolog keluarga dan remaja, Ratih Ibrahim, MM.

Anda tidak perlu langsung menyalahkan anak, teman-temannya, atau Anda sendiri yang kurang memperhatikan anak-anak. Kemungkinan anak memiliki keingintahuan yang besar mengenai berbagai hal, namun tidak mendapatkannya dari Anda. Mereka pun mencarinya lewat internet. Bukan tidak mungkin dengan sengaja atau tanpa sengaja mereka mengakses situs porno. Sebab kebanyakan situs tersebut gratis dan tidak memerlukan iuran keanggotaan.
''Artinya, banyak dari anak-anak kita yang memilih mengakses internet untuk mendapatkan informasi seksualitas, daripada bertanya langsung dengan orangtuanya,'' papar Ratih saat peluncuran kampanye I Know di Club XXI Djakarta Theatre, Senin (18/1/2010).
Menurut pendiri Personal Growth, wadah layanan psikologi untuk masyarakat ini, digunakannya media internet sebagai pencari informasi ini disebabkan orangtua dan anak yang tidak dekat. Ketika anak beranjak remaja, orangtua makin kurang memiliki kemampuan untuk bersikap dan berbicara dengan anaknya.
Ketika anak merasa lebih nyaman untuk berbicara dengan teman-temannya ketimbang dengan orangtua, hal ini perlu diwaspadai. Di sini lah peran orangtua untuk bisa menempatkan diri sebagai sahabat anak. Sehingga orangtua bisa dipercaya untuk berbagi banyak hal dengan remaja.
''Cari tahu apa yang diakses oleh anak kita. Sehingga kita bisa menjawab apa yang mereka butuhkan,'' saran Ratih.
Remaja perlu dibekali pengetahuan tentang hak dan kewajiban atas tubuhnya untuk menghindarkan diri mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan. Anda ingin tahu fakta apa lagi yang diperoleh mengenai gaya hidup remaja saat ini?
''Survei yang didapatkan dari Kita Sayang Remaja, menunjukkan bahwa kehamilan tidak diinginkan cenderung meningkat setiap tahunnya, antara 150 ribu-200 ribu kasus per tahun,'' tambah Ratih.
Dari survei yang dilakukan di 9 kota besar di Indonesia tersebut diketahui, setidaknya ada 37.000 kasus dimana 20 persen di antaranya merupakan kehamilan pranikah, dan 12,5 persennya terjadi di kalangan pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar